Bismillah.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, alhamdulillah pada kesempatan ini kita bisa berjumpa kembali dalam pelajaran bahasa arab dengan kitab muyassar.
Pada pertemuan terdahulu telah kita bahas mengenai kelompok isim-isim yang harus dibaca marfu’ atau marfu’aatul asmaa’. Hal ini penting untuk kita pahami agar kita mengetahui kapankah suatu isim/kata benda harus dibaca marfu’. Apabila kita tidak memahaminya hampir dipastikan akan banyak terjerumus dalam kesalahan. Di sinilah letak pentingnya ilmu….
Istilah marfu’ juga kiranya sudah tidak asing bagi kita yang belajar nahwu. Marfu’ adalah suatu keadaan dimana akhir kata diharokati dengan dhommah atau tanda lain yang menggantikannya. Seperti kata yang berbunyi ‘kitaabun’ -artinya ‘buku’- ini adalah dalam keadaan marfu’, dia diakhiri dengan dhommah. Dhommah itu adalah tanda dasar untuk i’rob rofa’/marfu’.
Masih ada tanda rofa’ yang lain selain dhommah. Misalnya, untuk isim mutsanna -seperti di dalam buku hal. 13- adalah marfu’ dengan tanda alif. Jadi, untuk isim mutsanna -yang menunjukkan dua- marfu’nya bukan dengan dhommah tetapi alif -yang ada sebelum nun-. Masih ingat isim mutsanna bukan? Misalnya, kata yang berbunyi ‘kitaabaani’ atau ‘kitaabaini’ -artinya ‘dua buah buku’- ini adalah isim mutsanna. Apabila dibaca ‘kitaabaani’ dengan akhiran alif dan nun berarti dia dalam kondisi marfu’.